
Rabu, 15 Juli 2009
Ibu Hamil itu Masih Hidup?
MASYARAKAT Kabupaten Maros Sulawesi Selatan tiba-tiba geger. Kuburan seorang warga Jl Cakalang 4 Makassar bernama Andi Asriani digali kembali. Penyebabnya, perempuan itu diyakini masih hidup.
Kuburannya digali pukul 14.00 Wita Jumat, 26 Juni. Pihak keluarga berkeyakinan ibu muda yang mengandung empat bulan itu, masih hidup saat dikuburkan. Keputusan keluarga Asriani tersebut pun membuat geger warga Maros dan Makassar. Apalagi sempat beredar kabar bahwa Asriani yang dirawat kali terakhir di RS Stella Maris tiga hari lalu, benar masih hidup saat kuburannya dibongkar.
Ratusan warga mendatangi rumah Habiba, tante Asriani di Jalan Balla Lompo No 9 Lingkungan Kassi Kebo Maros, tempat jenazah disemayamkan. Warga melakukan berbagai cara agar dapat melihat Asriani dari dekat. Ada yang memanjat, mengintip lewat celah-celah daun jendela. Suasana baru terkendali saat polisi tiba di lokasi itu.
***
Dapat Wangsit
Pembongkaran kuburan Andi Asriani dinilai pihak keluarga untuk memenuhi wangsit (pemberian melalui mimpi) yang diterima beberapa anggota keluarganya. Dalam wangsit itu disebutkan jika Andi Asriani masih hidup, sehingga kuburan perempuan yang hamil empat bulan ini terpaksa dibongkar .
Ayah Asriani, Andi Muhammad Nur, 45, di kediamannya Jalan Cakalang 4 Nomor 6 Kelurahan Tabaringan, Kecamatan Ujungtanah, mengaku meyakini hal tersebut. Nur mengatakan, ia dan pihak keluarga lainnya sangat menyakini pemberian wangsit. Karena itu, setelah melakukan urung rembuk, mereka akhirnya sepakat menjalankan pesan wangsit tersebut.
Hasilnya, kendati mayat yang telah tertimbuh tanah selama dua hari itu tidak memberikan tanda-tanda kehidupan, namun saat digali, tubuh Asriani sama sekali tidak bergerak.
“Tubuh tersebut tidak kaku sehingga pihak keluarga tetap bersikukuh jika Asriani masih hidup,” ujarnya berusaha meyakinkan.
Penggalian kuburan Asriani dilakukan tiga anggota keluarganya. Ketiganya adalah sang suami Sahabuddin, pamannya Andi Arsal, dan ayahnya sendiri. Saat liang lahat telah terbuka, Nur mengaku langsung membuka kain kafan yang menutupi bagian kepala dan wajah anak pertamanya tersebut.
"Saya melihat ada air bening yang keluar dari matanya dan langsung saya usap. Hawa di tubuhnya juga masih hangat," ujar Muhammad Nur yang mengaku tidak canggung menggali kuburan anaknya itu.
Ayah delapan anak ini mengatakan, bersama dengan menantu dan kakaknya, tubuh Asriani yang masih terbungkus kain kafan langsung dikeluarkan dari liang lahat. Nur sendiri yang membopong anaknya itu ke rumah keluarganya.
"Saya tidak merasakan apa-apa. Yang ada dalam hati saya bahwa anak saya masih hidup," tandas suami dari Nurmiah ini. Keyakinan itu, lanjutnya, lantaran secara bersamaan diungkapkan ketiga keluarganya. Informasi pertama diterima dari keluarganya di Sinjai bernama Puang Canra, melalui pesan singkat.
Selanjutnya, hal serupa disampaikan kemenakan di Maros bernama Hj Karaeng Senga. Bedanya, Karaeng Senga mengungkap hal itu dalam kondisi kesurupan. Orang terakhir juga adalah kemenakanannya bernama Asse yang juga menyampaikan hal yang sama.
"Jadi keyakinan itu sangat kuat sehingga kami harus membongkar kuburan kembali," tandasnya.
Hal yang sama dituturkan suami Asriani, Sahabuddin. Ia mengaku merasa berdosa jika istrinya yang telah dikuburkan ternyata tidak meninggal. Itu sebabnya, di saat adanya wangsit itu ia langsung bergerak ke Maros.
Menurutnya, ia juga mengalami peristiwa aneh seputar kematian istrinya. Pada malam setelah istrinya dimakamkan, lelaki berusia 23 tahun itu mengaku sulit tidur. Ia mengaku berusaha mondar-mandir untuk memancing kantuk namun tidak berhasil.
Keesokan harinya, saat hendak menggelar salat Jumat, ia tiba-tiba mendengar suara tangisan anak kecil di toilet masjid. Suara itu terus berdengung di telinganya namun tidak diketahui apa maksudnya.
"Saya langsung tersadar ketika kembali ke rumah dan diinformasikan jika istri saya tenyata belum meninggal," tandas lelaki asal Desa Taroang Kecamatan Jeneponto itu.
Sahabuddin dan Asriani resmi membina rumah tangga Agustus 2008. Selama dua tahun, pasangan ini menjalin kisah asmara. Selama itu pula, Sahabuddin mengaku jika Asriani adalah seorang perempuan yang memiliki kepribadian yang sangat luwes dan keibuan.
"Tak ada pesan apa-apa saat dinyatakan meninggal di rumah sakit. Ia hanya minta tidak jauh-jauh darinya," tutur Sahabuddin yang berusaha tabah menghadapi kenyataan tersebut.
Anak kelima dari enam bersaudara itu mengaku ikhlas melepas kepergian istrinya itu. Meski pada malam setelah pembongkaran kuburan itu, dirinya masih berharap agar wanita yang sedang mengandung buah hatinya itu masih bisa mengucap pesan untuk terakhir kalinya. (*)
Kuburannya digali pukul 14.00 Wita Jumat, 26 Juni. Pihak keluarga berkeyakinan ibu muda yang mengandung empat bulan itu, masih hidup saat dikuburkan. Keputusan keluarga Asriani tersebut pun membuat geger warga Maros dan Makassar. Apalagi sempat beredar kabar bahwa Asriani yang dirawat kali terakhir di RS Stella Maris tiga hari lalu, benar masih hidup saat kuburannya dibongkar.
Ratusan warga mendatangi rumah Habiba, tante Asriani di Jalan Balla Lompo No 9 Lingkungan Kassi Kebo Maros, tempat jenazah disemayamkan. Warga melakukan berbagai cara agar dapat melihat Asriani dari dekat. Ada yang memanjat, mengintip lewat celah-celah daun jendela. Suasana baru terkendali saat polisi tiba di lokasi itu.
***
Dapat Wangsit
Pembongkaran kuburan Andi Asriani dinilai pihak keluarga untuk memenuhi wangsit (pemberian melalui mimpi) yang diterima beberapa anggota keluarganya. Dalam wangsit itu disebutkan jika Andi Asriani masih hidup, sehingga kuburan perempuan yang hamil empat bulan ini terpaksa dibongkar .
Ayah Asriani, Andi Muhammad Nur, 45, di kediamannya Jalan Cakalang 4 Nomor 6 Kelurahan Tabaringan, Kecamatan Ujungtanah, mengaku meyakini hal tersebut. Nur mengatakan, ia dan pihak keluarga lainnya sangat menyakini pemberian wangsit. Karena itu, setelah melakukan urung rembuk, mereka akhirnya sepakat menjalankan pesan wangsit tersebut.
Hasilnya, kendati mayat yang telah tertimbuh tanah selama dua hari itu tidak memberikan tanda-tanda kehidupan, namun saat digali, tubuh Asriani sama sekali tidak bergerak.
“Tubuh tersebut tidak kaku sehingga pihak keluarga tetap bersikukuh jika Asriani masih hidup,” ujarnya berusaha meyakinkan.
Penggalian kuburan Asriani dilakukan tiga anggota keluarganya. Ketiganya adalah sang suami Sahabuddin, pamannya Andi Arsal, dan ayahnya sendiri. Saat liang lahat telah terbuka, Nur mengaku langsung membuka kain kafan yang menutupi bagian kepala dan wajah anak pertamanya tersebut.
"Saya melihat ada air bening yang keluar dari matanya dan langsung saya usap. Hawa di tubuhnya juga masih hangat," ujar Muhammad Nur yang mengaku tidak canggung menggali kuburan anaknya itu.
Ayah delapan anak ini mengatakan, bersama dengan menantu dan kakaknya, tubuh Asriani yang masih terbungkus kain kafan langsung dikeluarkan dari liang lahat. Nur sendiri yang membopong anaknya itu ke rumah keluarganya.
"Saya tidak merasakan apa-apa. Yang ada dalam hati saya bahwa anak saya masih hidup," tandas suami dari Nurmiah ini. Keyakinan itu, lanjutnya, lantaran secara bersamaan diungkapkan ketiga keluarganya. Informasi pertama diterima dari keluarganya di Sinjai bernama Puang Canra, melalui pesan singkat.
Selanjutnya, hal serupa disampaikan kemenakan di Maros bernama Hj Karaeng Senga. Bedanya, Karaeng Senga mengungkap hal itu dalam kondisi kesurupan. Orang terakhir juga adalah kemenakanannya bernama Asse yang juga menyampaikan hal yang sama.
"Jadi keyakinan itu sangat kuat sehingga kami harus membongkar kuburan kembali," tandasnya.
Hal yang sama dituturkan suami Asriani, Sahabuddin. Ia mengaku merasa berdosa jika istrinya yang telah dikuburkan ternyata tidak meninggal. Itu sebabnya, di saat adanya wangsit itu ia langsung bergerak ke Maros.
Menurutnya, ia juga mengalami peristiwa aneh seputar kematian istrinya. Pada malam setelah istrinya dimakamkan, lelaki berusia 23 tahun itu mengaku sulit tidur. Ia mengaku berusaha mondar-mandir untuk memancing kantuk namun tidak berhasil.
Keesokan harinya, saat hendak menggelar salat Jumat, ia tiba-tiba mendengar suara tangisan anak kecil di toilet masjid. Suara itu terus berdengung di telinganya namun tidak diketahui apa maksudnya.
"Saya langsung tersadar ketika kembali ke rumah dan diinformasikan jika istri saya tenyata belum meninggal," tandas lelaki asal Desa Taroang Kecamatan Jeneponto itu.
Sahabuddin dan Asriani resmi membina rumah tangga Agustus 2008. Selama dua tahun, pasangan ini menjalin kisah asmara. Selama itu pula, Sahabuddin mengaku jika Asriani adalah seorang perempuan yang memiliki kepribadian yang sangat luwes dan keibuan.
"Tak ada pesan apa-apa saat dinyatakan meninggal di rumah sakit. Ia hanya minta tidak jauh-jauh darinya," tutur Sahabuddin yang berusaha tabah menghadapi kenyataan tersebut.
Anak kelima dari enam bersaudara itu mengaku ikhlas melepas kepergian istrinya itu. Meski pada malam setelah pembongkaran kuburan itu, dirinya masih berharap agar wanita yang sedang mengandung buah hatinya itu masih bisa mengucap pesan untuk terakhir kalinya. (*)
Langganan:
Postingan (Atom)