Jumat, 21 November 2008

Simbol Menyeramkan Itu Masih Mendominasi [1]


MESTIKAH mahasiswa baru (maba) disambut dengan peragaan yang menakutkan? Apa substansi yang ingin dicapai oleh panitia Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) tahun ini?

****

PERTANYAAN itu dilontarkan Muhajir, sesaat setelah Fajar menyapanya, Senin 27 Agustus. Lelaki berusia 40 tahun ini adalah salah satu orangtua mahasiswa baru di UNM. Ayah dari dua anak itu terkesima di pintu gerbang Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Makassar (FBS UNM), Senin 27 Agustus.

Ia berdiri mematung, mendongakkan kepala menatap gerbang pintu itu.
Ia termangu memandang sebuah baligo tiga dimensi dengan patung mummy sedang bersujud. Kedua tangannya yang panjang dalam posisi mencengkeram. Kepalanya mendongak keluar, memamerkan gigi-giginya yang runcing, memerah.

Di tempat itu, setiap orang yang hendak memasuki kampus FBS UNM, bakal disambut dengan baligo tersebut. Tertulis jelas di papan baligo itu, FEMA (Federasi Mahasiswa) FBS UNM. Di sebelah kanan dan kiri, mengapit dua umbul-umbul warna hitam dengan tulisan Totaliter 2007, berwarna ungu.

Bukan hanya Muhajir yang mengalami hal yang sama. Setiap orang yang melintasi pintu kampus itu, bakal menghentikan langkahnya, sekadar menatap sajian panitia penerimaan mahasiswa baru di fakultas “ungu” tersebut.

Tahun ini, fungsionaris mahasiswa FBS mengusung tema Totaliter sebagai branding PMB. Totaliter adalah akronim dari Transformasi Dialegtis, Intelektual dengan Cinta dan Religius.
Nyaris di semua universitas di Makassar, trend penamaan PMB menjamur setiap tahunnya. Di FBS sendiri, penamaan PMB selalu melakukan penyesuaian.


Dalam tujuh tahun terakhir, nama-nama yang pernah dipakai adalah Suntik, Strategi, Proletar, Manifesto, Violeta, dan Praksis. Fungsionaris mahasiswa FBS menyakini, setiap penamaan PMB bakal berdampak pada corak dan karakter ideologi yang akan diusungnya, untuk menjadi doktrin kepada mahasiswa baru.

“Totaliter mempunyai makna gerakan mahasiswa secara menyeluruh di kampus ini,” terang Presiden Mahasiswa FBS, Arsal Arif.

Menurut mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia ini, perjuangan dan gerakan mahasiswa tidak akan mumpuni tanpa dilandasi prinsip yang total. Karena itulah maka momen penyambutan maba tahun ini, prinsip itu lebih dini ditanamkan.

“Rapuhnya gerakan mahasiswa saat ini disebabkan tidak tuntasnya melakukan pengawalan,” kilah mahasiswa eksponen Proletar 2003 ini.

Seiring dengan perubahan penamaan, satu hal yang tidak pernah berubah di fakultas ini adalah memunculkan penyimbolan yang terkesan menyeramkan. Salah satu simbol yang tidak pernah absen adalah replika mummy. Setiap tahun, hanya bentuknya yang terus mendapatkan gubahan kreasi.

"Di FBS, replika mummy tidak dianggap menyeramkan. Akan tetapi, sebuah hasil kreasi dari tangan-tangan lincah mahasiswa Seni Rupa,” tepis Arsal.

Mengapa mengambil mummy sebagai simbol idola? Arsal berpendapat, mummy mempunyai karakter yang kekal dan abadi. Ia adalah benda yang tidak lapuk sampai kapan pun. Mummy, menurut Arsal, melambangkan sebuah nilai kebudayaan dan seni yang tidak pernah keropos termakan zaman. Dengan dasar tersebut, karakter mummy mempunyai filosofi tersendiri bagi keberlangsungan lembaga kemahasiswaan di UNM.

“Lembaga di FBS diharapkan berjaya sepanjang masa untuk mengawal perjalanan kemahasiswaan di UNM,” tekad Arsal.

Bukanya hanya di FBS, aksesoris penyambutan mahasiswa baru yang terkesan menyeramkan juga terlihat di Fakultas MIPA. Di pintu gerbang fakultas percontohan tersebut, terpampang gambar baligo mahluk yang menyeramkan. Pemandangan yang sama juga dapat dijumpai di dua titik kampus UNM, yakni Gunungsari dan Bantabantaeng.*

[makassar, 28 August 2007]

Tidak ada komentar: